MAKALAH GLOBAL WARMING
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu
berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.Sumber daya
alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara.Tanah merupakan
tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.Air sangat diperlukan oleh
manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia.Untuk menjaga
keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan
memiliki kualitas yang baik.Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang
alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila
manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Berbagai kasus
lingkungan hidup yang terjadi saat ini dari tingkatan lokal, nasional, bahkan
internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus
pencemaran dan kerusakan, seperti illegal loging, efek rumah kaca, dan
pemanasan global. Bersumber dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab,
tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri (dalam jangka pendek).
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat
langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”.Artinya, manusia
melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran
etika.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat
manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral.Umat manusia kurang peduli
pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan
norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri.Manusia modern menghadapi alam
hampir tanpa menggunakan hati nurani.Alam begitu saja dieksploitasi dan
dicemari tanpa merasa bersalah.Akibatnya terjadi penurunan secara drastis
kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi,
yang diikuti pula penurunan kualitas alam.Pencemaran dan kerusakan alam pun
akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai Lingkungan adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan illegal loging ?
2. Bagaimanakah proses terjadinya efek rumah kaca?
3. Bagaimanakah fenomena pemanasan global warming saat ini? Dan bagaimana
cara mengatasai masalah tersebut?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
11. Mengetahui pengertian illegal loging
22. Mengetahui proses terjadinya efek rumah kaca
3. Mengetahui fenomena pemanasan global warming saat ini serta cara
mengatasinya.
1.4 Metedologi Penulisan
Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data yaitu dari buku-buku mengenai global warming, etika lingkungan, serta illegal loging dan data dari internet. Sehingga apabila dalam
penulisan makalah ini ada kata-kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber
atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Illegal Loging
A. Pengertian Illegal Logging
Pembalakan liar atau penebangan
liar (bahasa Inggris: illegal logging) adalah kegiatan
penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari
otoritas setempat. (Wikipedia Bahasa Indonesia Pembalakan Liar)
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Illegal
Logging
Adapun faktor penyebab illegal logging adalah
penebangan untuk mendapatkan kayu dan alih fungsi lahan untuk kegunaan lain,
seperti perkebunan, pertanian dan pemukiman. Seiring berjalannya waktu
pertambahan penduduk dari hari ke hari semakin pesat sehingga menyebabkan
tekanan kebutuhan akan tempat tinggal, pohon-pohon ditebang untuk dijadikan
tempat tinggal atau pun lahan pertanian.
Faktor lainnya yaitu faktor kemiskinan dan faktor
lapangan kerja. Umumnya hal ini terjadi kepada masyarakat yang berdomisili
dekat ataupun di dalam hutan.Ditengah sulitnya persaingan di dunia kerja dan
himpitan akan ekonomi,masyarakat mau tidak mau berprofesi sebagai pembalak liar
dan dari sini masyarakat dapat menopang kehidupannya. Hal inilah yang terkadang
sering dimanfaatkan oleh cukong-cukong untuk mengeksploitasi hasil hutan tanpa
ada perizinan dari pihak yang berwenang. Padahal apabila dilihat upah tersebut
sangatlah tidak seberapa dibandingkan dengan akibat yang akan dirasakan
nantinya.
Selain itu juga tentang aspek kinerja aparatur di
lapangan, kelestarian hutan merupakan tanggung jawab bersama. Salah satu
caranya yaitu dengan dibentuksuatu aparatur yang tugasnya bukan hanya menjaga
namun juga mengawasi tindakan penyalahgunaan fungsi hutan. Namun pada kenyataan
kinerja aparatur.
Di lapangan ini masih belum berjalan dengan baik
dikarenakan tidak seimbangnya jumlah personil aparatur pengawas dengan jumlah
luas hutan diIndonesia sehingga tindakan illegal logging ini dapat
mungkin terjadi karenaluput dari pengawasan petugas tersebut. Tak jarang ada
juga petugaspengawas yang masih melakukan ”kompromi” dengan pelaku illegal
logging sehingga akan memperparah kondisi yang ada.
Perkembangan teknologi yang pesat sehingga kemampuan
orang untuk mengeksploitasi hutan khususnya untuk illegal logging
serasa mudah dilakukan. Dengan semakin berkembangnya teknologi untuk menebang
pohon diperlukan waktu yang tidak lama, karena
alat-alatnya semakin canggih.Kayu masih menjadi primadona Pendapatan Asli
Daerah. Produksi komersial mencakup produksi kayu dan olahannya, produksi
sawit, serta perkebunan lain.
C. Dampak Illegal Logging
Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektaree setiap tahun dan
diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan
liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional,
besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal,
lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan
tebangan.
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam
kurun waktu 50tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami
penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan
sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem
politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan
dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.
Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak
dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektare
kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun terakhir
mencapai 2,83 juta hektaree per tahun. Bila keadaan seperti ini dipertahankan,
dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka hutan di Sulawesi dan Papuaakan mengalami hal yang sama. Menurut
analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang
tahun 2010.
Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan
yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan
yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan
kayu senilai US$ 5 miliar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih
US$1.4 miliar setiap tahun.Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai
keanekaragaman hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari
sumber daya hutan.
Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di
Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektaree pertahun, yang sebagian besar
disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar (Johnston,
2004). Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka
Rp. 83 miliar perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan liar.
D.
Solusi
Menyikapi Illegal Logging
1.
Reboisasi atau penanaman hutan yang gundul.
2.
Menerapkan system tebang pilih dalam menebang
pohon
3.
Manipulasi lingkungan serta pengendalian hama
dan penyakit juga bisa
dilakukukan untuk memulihkanhutan kembali di Indonesia.
4.
Penanaman hutan secara
intensif menjadi pilihan terbaik karena bisadiprediksi. Sehingga, kebutuhan
kayu bisa diperhitungkan tanpa harus merusak Habitat hutan alam yang baik.
5.
Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang
melanggar ketentuanmengenai pengelolaan hutan. Misalkan dengan upaya
pengawasan danpenindakan yang dilakukan di TKP (tempat kejadian
perkara), yaitu di lokasikawasan hutan dimana tempat dilakukannya
penembangan kayu secara illegal.Mengingat kawasan hutan yang ada cukup
luas dan tidak sebanding denganjumlah aparat yang ada, sehingga upaya ini
sulit dapat diandalkan, kecualimenjalin kerjasama dengan masyarakat setempat.
Ini pun akanmendapatkesulitan jika anggota masyarakat itu justru mendapatkan
keuntungan aterial dari illegal logging.
6.
Upaya lain yang juga dapat dilakukan adalah
dengan mengoptimalkan pos-pos tempat penarikan retribusi yang banyak
terdapat di pinggir-pinggir jalanluar kota. Petugas pos retribusi hanya
melakukan pekerjaan menarik uang daritruk yang membawa kayu, hanya sekedar
itu. Seharusnya di samping melakukan penarikan uang retribusi juga
sekaligus melakukan pengecekan terhadapdokumen yang melegalkan pengangkutan
kayu. Dengan tindakan pengecekanseperti ini, secara psikologis diharapkan
dapat dijadikan sebagai upaya shocktherapy bagi para sopir truk dan
pemodal. Selain dari itu, juga harus dilakukanpatroli rutin di daerah
aliran sungai yang dijadikan jalur pengangkutan kayu.
7.
Upaya menelusuri
terminal/tujuan akhir dari pengangkutan kayu illegal, dan biasanya
tujuan itu adalah perusahaan atau industri yang membutuhkan bahan baku dari
kayu. Upayaini dirasa cukupefektif untukmenanggulangi
perbuatan-perbuatan illegal logging. Perusahaan atau industriseperti ini
dapatdituding telah melakukan “penadahan”.Perbuatanmenampung terhadap kayu-kayu
illegal oleh perusahaan,yang dalam bahasahukum konvensional KUHP disebut
sebagai penadahan tersebut, dapat dikategorikansebagai kejahatan korporasi(corporatecrime).
2.2.Efek Rumah Kaca
A.
Pengertian
Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green
house efect, pada awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal
di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan
menyimpan sayur mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut
menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan
sulit melepas panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar
rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh
benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas berupa
gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di
dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan.
Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi
diibaratkan sebagai tanaman, dan kaca sebagai atmosfer bumi, dimana atmosfer
ini befungsi untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim
dingin.
B. Penyebab Efek Rumah
Kaca
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon
dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer.
Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran
bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan
dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke
Bumi:
a. 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
b. 25% diserap awan
c. 45% diserap permukaan bumi
d. 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah
oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan
bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk
dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam
di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang
dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta
beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon(CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek
rumah kaca.
C. Akibat Efek Rumah Kaca
1. Dampak Negatif :
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat
menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan
meningkatnya suhu air laut sehingga air laut
mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu
rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap
seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan
global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin
banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer.
Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
2.
Dampak Positif
Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi
karena gas-gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar
matahari menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk
hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu
di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi
sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah
kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C,
suhu ini sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
Dengan adanya efek rumah kaca membuat manusia menjadi
berhati-hati dan berhemat terhadap penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan
listrik.
Dengan adanya
efek rumah kaca manusia menjadi sadar bahwa pohon dan hutan memiliki arti
penting sekali bagi kelangsungan kehidupan, yaitu salah satunya dapat menyerap
gas polutan dan menghasilkan oksigen. Maka reboisasi kembali digalakkan dan
penanaman pohon di kota-kota besar mulai dilakukan.
Manusia menjadi kreatif, karena mengolah limbah seperti plastik, kertas
untuk didaur ulang menjadi barang yang ekonomis.
E. Solusi Untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca
1. Melakukan penghematan dalam penggunaan listrik
2. Keefisienan penggunaan kendaraan bermotor dengan cara menghemat BBM
3. Go green dengan melakukan reboisasi
4. Pengelolaan sampah
5. Beradaptasi dengan dampak efek rumah kaca.
2.3.Pengertian dan Fenomena Pemanasan Global
A.
Pengertian
Pemanasan
global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan
temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse
effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti
karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O)
dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai
literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang
terjadi pada kisaran 1,5 – 40oC pada akhir abad 21. Pemanasan global
menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti
pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna
tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya). Sedangkan dampak
bagi aktivitas sosial- ekonomi masyarakat meliputi :
(a) Gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan
kota pantai,
(b) Gangguan terhadap fungsi prasarana dan
sarana seperti jaringan
jalan, pelabuhan dan bandara
(c) Gangguan terhadap permukiman penduduk,
(d) Pengurangan produktivitas lahan pertanian,
(e) Peningkatan resiko kanker dan wabah
penyakit, dan sebagainya
(Anonim, 2007).
Pemanasan global (Global Warming) adalah kejadian meningkatnya temperatur
rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada
permukaan bumi telah meningkat 0.18°C selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan temperatur
rata-rata global sejak pertengahan abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan
oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia
melalui efek rumah kaca. Peningkatan temperatur global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut,
meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan
pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai
jenis hewan (Smart Click, 2011). Jadi, pemanasan global adalah merupakan
meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi peningkatan
temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi yang
menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan
bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung
mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya.Banyak orang termasuk para ahli yang mensinyalir atau menuding bahwa
penyebab kenaikan temperatur bumi adalah aktivitas-aktivitas manusia yang
memicu dan mendorong timbulnya gas efek rumah kaca.Berbagai aktivitas manusia
yang memicu peningkatan gas efek rumah kaca antara lain kegiatan industri,
pembabatan hutan secara terus-menerus, kendaraan bermotor, kegiatan peternakan
dan rumah tangga. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dominan
adalah kegiatan industri (dan pabrik-pabrik), kendaraan bermotor, dan
perambahan hutan yang berlangsung secara terus-menerus.
B. Fenomena Pemanasan Global
Secara alamiah, salah satu fenomena yang
dirasakan sebagian besar umat manusia di seluruh dunia adalah perubahan
temperatur yang cenderung meningkat.Temperatur udara terasa lebih panas dari
tahun-tahun sebelumnya.Dimana-mana orang-orang membicarakan perubahan
temperatur di permukaan bumi yang cenderung meningkat, baik di kalangan
orang-orang terdidik maupun di kalangan orang awam. Senyatanya mereka
membicarakan apa yang mereka rasakan.
Berdasarkan kondisi yang dirasakan secara makro oleh masyarakat, para
ahli-pun tidak tinggal diam. Mereka selama beberapa dekade terakhir ini
melakukan penelitian secara ilmiah. Mereka memperoleh fakta bahwa semakin meningkatnya temperatur di permukaan
bumi ternyata berkaitan dengan gas-gas
rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Beberapa jenis gas rumah
kaca merupakan penyebab meningkatnya temperatur di planet bumi yang berasal
dari aktivitas manusia sendiri. Artinya, aktivitas manusia merupakan
kontributor terbesar bagi terbentuknya gas-gas rumah kaca, seperti pembakaran
pada kendaraan bermotor/industri (pabrik-pabrik), dan pembangkit tenaga listrik
yang menggunakan bahan bakar fosil (bahan bakar minyak, batu bara dan
sebagainya). Berbagai fenomena yang muncul terkait dengan pemanasan global
antara lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Merry Magdalena (2011), sebagai
berikut :
1)
Kebakaran hutan besar-besaran, bukan hanya di
Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat, Rusia, Australia dan sebagainya
juga mengalami kebakaran hebat. Ilmuwan
mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
2)
Situs purbakala
cepat rusak. Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah,
candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam,
disebabkan banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut. Situs bersejarah berusia 600 tahun di
Thailand, Sukhotai, mengalami kerusakan akibat banjir besar.
3)
Satelit bergerak lebih cepat. Emisi karbon dioksida
membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di
bagian terluar atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumlah karbondioksida yang
bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan
cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak
karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan,
dan satelit bergerak lebih cepat.
4)
Hanya yang terkuat yang akan bertahan. Akibat musim
yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan
hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat, maka migrasi sejumlah hewan akan
terjadi lebih cepat. Mereka yang
bergerak lambat akan kehilangan makanan, dan mereka yang lebih tangkas akan
dapat bertahan hidup.
5)
Pelelehan besar-besaran. Temperatur planet yang memicu
pelelehan gunung es, dan semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Imbas
dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan
keruntuhan batuan.
6)
Mekarnya tumbuhan di Kutub Utara. Saat pelelehan Kutub
Utara memicu problem pada tanaman dan hewan di dataran yang lebih rendah,
tercipta pula situasi yang sama dengan saat matahari terbenam pada biota Kutub
Utara. Tanaman kutub yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan
mulaitumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis
di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
7)
Habitat makhluk hidup pindah ke dataran lebih tinggi.
Ilmuwan menemukan bahwa pemanasan global menyebabkan hewan- hewan kutub pindah
ke dataran lebih tinggi. Hal ini mengancam habitat beruang kutub, karena es
tempat dimana mereka tinggal juga mencair, tentu akan melakukan perpindahan
habitat. IPCC melaporakn penelitiannya bahwa 0,15 - 0,3o C. Jika
peningkatan temperatur itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040
lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh, dan tahun 2050 akan terjadi
kekurangan air tawar. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan
makanan. Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan
Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007) ditemukan bahwa permukaan
air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika temperatur bumi terus
meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah- daerah di Jakarta
(seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti :
Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya (Anonim, 2007).
C. Fenomena Perubahan Iklim
Para peneliti dari Potsdam Institute for
Climate Impact Research (Potsdam-Institut für Klimafolgenforschung/PIK) di
Jerman menyatakan bahwa musim dingin ekstrem yang terjadi berturut- turut di
benua Eropa dalam 10 tahun belakangan ini adalah akibat
mencairnya lapisan es di kawasan Artik, dekat Kutub Utara sebagai akibat
pemanasan global. Hilangnya lapisan es membuat permukaan laut di Samudera Artik
langsung terkena sinar matahari.Energi panas matahari, yang biasanya
dipantulkan lagi ke luar angkasa oleh lapisan es berwarna putih, kini terserap
oleh permukaan laut, membuat laut di kawasan kutub memanas dan mengubah pola
aliran udara di atmosfer.
D. Fakta Dan Realitas Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan meningkatnya
temperatur di planet bumi secara global yang menimbulkan dampak secara langsung
maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk
hidup lain. Peningkatan temperatur bumi tersebut meliputi temperatur atmosfir,
laut dan daratan bumi.Hampir semua para ahli yang memiliki kepedulian dan
perhatian terhadap fenomena peningkatan temperatur bumi mensinyalir atau
menuding bahwa penyebab kenaikan temperatrur bumi tersebut adalah
aktivitas-aktivitas manusia yang mendorong timbulnya gas efek rumah
kaca.Berbagai aktivitas manusia yang memicu peningkatan gas efek rumah kaca
antara lain kegiatan industri, pembabatan dan kebakaran hutan secara
terus-menerus, pembakaran pada kendaraan bermotor, kegiatan peternakan dan
lain-lain.Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dianggap paling
dominan adalah kegiatan industri, pembakaran pada kendaraan bermotor, dan
perambahan dan kebakaran hutan secara terus-menerus.
Sumber dari segala sumber energi yang
terdapat di bumi berasal dari matahari.Sebagian besar energi tersebut berbentuk
radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi.
Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.Akibat yang
ditimbulkan oleh pemanasan global sudah terasa di berbagai negara. Adapun
akibat yang ditimbulkan dari efek rumah
kaca itu selain pemanasan global, antara lain : iklim mulai tidak stabil
sehingga sering terjadi ketidakteraturan cuaca dan sering terjadi badai-badai
yang besar. Selain itu bencana-bencana kekeringan sering terjadi di berbagai
belahan bumi (Anonim, 2009), beberapa efek lainnya sebagai berikut: Iklim mulai
tidak stabil sehingga sering terjadi ketidakteraturan cuaca dan sering terjadi
badai-badai yang besar. Selain itu bencana-bencana kekeringan sering terjadi di
daerah belahan bumi lainnya.Perubahan ekologi. Tumbuhan dan hewan secara
langsung akan terpengaruh perubahan iklim, akibatnya tumbuhan dan hewan akan
punah karena tidak bisa beradaptasi. Di satu sisi populasi hewan dan tumbuhan
akan bertambah banyak, misalnya nyamuk akan cepat berkembang bahkan sampai ke
daerah pegunungan jika suhu pegunungan menjadi hangat. Dengan perubahan cuaca akan berakibat secara
tidak langsung muncul wabah penyakit, gagal panen, bencana alam dan sebagainya.
F.
Kepedulian
Masyarakat Internasional terhadap Lingkungan Hidup Khususnya Pemanasan
Global
Berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan
dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan tentang
pencemaran lingkungan hidup. Lahirnya Keppres Nomor 77 Tahun 1994 tentang
Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapedalda di daerah. Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1982, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 dan Keppres
Nomor 7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Fenomena pemanasan global sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, telah dirasakan oleh manusia di dunia. Berbagai
kalangan internasional baik para individu, kelompok sosial masyarakat (LSM),
badan-badan pemerintah, badan-badan non pemerintah maupun lembaga internasional
mengkhawatirkan bahwa fenomena pemanasan global ini jika dibiarkan akan
berdampak luas dan akan mengancam kelangsungan kehidupan di dunia.
Sebagaimana yang sering kita dengar bahwa negara-negara di dunia
secara bersama-sama menunjukkan perhatian terhadap fenomena pemanasan global
yang sedang terjadi. Pada bulan Desember 2009 telah dilaksanakan pertemuan PBB
terkait dengan kesepakatan Copenhagen, yang agenda utamanya membahas mengenai
isu lingkungan dan kelanjutan akhir dari periode kesepakatan Kyoto yang akan
berakhir tahun 2012. Salah satu kesepakatan Kyoto adalah mendesak 37 negara
industri maju untuk menurunkan emisi gas rumah kaca rata-rata 5 persen
dibandingkan emisi tahun 1990 selama lima tahun dari 2008-2012. Merujuk pada
perjanjian bahwa setiap negara maju harus memenuhi target penurunan emisi gas
rumah kaca terutama di masing-masing Negara. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto,
yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Pada Konferensi
Perubahan Iklim atau UNFCCC di Nusa Dua Bali pada tahun 2007, Delegasi
Indonesia meluncurkan program Reducing Emissions from Deforestation in
Developing Countries (REDD) sebagai salah satu upaya menanggulangi pemanasan
global.
Indonesia melalui Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan
Hidup akhirnya meluncurkan REDD. Usulan REDD ini akan dibawa dalam perundingan
tingkat tinggi Konferensi Perubahan Iklim yang akan dihadiri sejumlah kepala
negara tanggal 12 - 14 Desember 2007. Menurut Menteri Kehutanan MS Ka'ban, REDD
akan menguntungkan negara yang masih memiliki hutan termasuk Indonesia. Namun
usulan Indonesia tersebut ditentang oleh sejumlah LSM, karena dinilai bukan
solusi yang tepat bagi perbaikan hutan di Indonesia. Para aktivis lingkungan
kemudian menggelar aksi unjuk rasa. Sementara aktivis Lingkungan Internasional
lainnya juga menggelar aksi unjuk rasa di depan ruang konferensi UNFCCC. Mereka
mendesak para delegasi agar segera menghasilkan draf usulan yang lebih nyata
dalam upaya mencegah dan menanggulangi perubahan iklim akibat pemanasan global
(Masudin dan Sup, tt.).
Sebagai negara yang telah meratifikasi UNFCCC melalui Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on
Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perseikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Perubahan Ikim), Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mempunyai
kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup dan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Anonim (tt.) Konferensi PBB tentang lingkungan Hidup di
Stockholm pada tahun 1972, telah menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya
untuk diperingati sebagai Hari lingkungan Hidup Sedunia. Kesepakatan ini
berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat kerusakan lingkungan yang
sudah sangat memprihatinkan. Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup
telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan
lingkungan hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan
Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran
pada tanggal 15 - 18 Mei 1972.
Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya
pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini,
perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam
kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan
lingkungan hidup.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
3.1. Simpulan
1) Illegal loging adalah Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging) adalah
kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari
otoritas setempat. (Wikipedia Bahasa Indonesia Pembalakan Liar)
2) Efek rumah kaca terjadi ketika
matahari mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya gas antara lain uap air, karbondioksida, karbon, dan
metana yang menjadi perangkap radiasi ini. Gas – gas ini menyerap dan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan rata-rata suhu tahunan bumi terus meningkat.
3) Berbagai literatur menunjukkan kenaikan
temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5 – 40oC
pada akhir abad 21. Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius
bagi lingkungan bio- geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air
laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan
sebagainya). Cara untuk mengatasinya yaitu
menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan, seperti menggunakan tas
yang bisa didaur ulang, menghindari makanan cepat saji, serta tanam pohon
setiap kali ada kesempatan.
3.2 Saran
Lingkungan hidup
memberikan pelajaran kepada kita bagaimana cara kita menghormati, menggunakan
dan melestarikan alam. Apabila perilaku manusia terhadap alam baik maka alam
akan berlaku baik pula kepada manusia. Terjadinya pencemaran lingkungan seperti
illegal loging, efek rumah kaca, dan pemanasan global pada saat-saat ini
merupakan ulah dari manusia sendiri yang tidak bisa menjaga alam dengan baik.
Oleh karena itu, bersahabat baiklah dengan alam
DAFTAR PUSTAKA
Daeng, H (2000)
Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan,Yogyakarta: Pustaka
Muhi, Ali Hanapiah. 2011.
Praktek Lingkungan Hidup.Jatinangor Jawa Barat :
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
(IPDN)
Pringgawidagdo, S (2009) Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.
R, Agus dan Rudy. 2008.
Global Warming. hiduplebihmulia.wordpress.com
Sumber Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar (Kamis, 08 Mei 2014, 10.42 WIB)
Id.wikipedia.org/wiki/efekrumahkaca
(11:33)
Amoe.blogspot.com/2012/12/efekrumahkaca.html
(11:33)
0 Response to "MAKALAH GLOBAL WARMING"
Posting Komentar